Alarm dari Pengusaha, Sanggup Hanya Sampai Bulan Juni

Pengusaha Sanggup Hanya Sampai Bulan Juni

PrimaBerita – Efek kejut dari virus corona (COVID-19) menjadikan berbagai sektor dunia usaha menghadapi beban yang sangat berat sehingga pengusaha sanggup hanya sampai  bulan Juni. Hal itu terjadi karena pemasukan para pelaku usaha menipis, produksi pun terganggu namun di bebani oleh pengeluaran.

Sutrisno Iwantono selaku Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)  mengatakan daya tahan pengusaha di Indonesia memang berbeda tergantung sektornya. Namun, secara umum pengusaha hanya akan sanggup sampai tiga bulan Juni untuk membiayai pengeluaran tanpa pemasukan, sampai pada akhirnya tutup.

Dilansir dari CNBC Indonesia Ia mengatakan tingkat keparahan dan durasi dari wabah ini merupakan kuncinya. Semakin parah pandemi corona dan semakin lama durasinya, maka semakin rusak ekonomi Indonesia.

“Hasil konferensi call kita di APINDO dengan teman-teman di daerah dan pelaku sektoral, bisa kita ambil kesimpulan sementara daya tahan cash flow kita hanya sampai bulan Juni tahun ini. Lewat dari itu cash flow kering, kita tidak akan sanggup membiayai pengeluaran, tanpa pemasukan alias tutup,” kata Iwantono , Senin (6/4).

Cara Menolong kebangkrutan ekonomi

Menurut Sutrisno Iwantono, satu-satunya jalan untuk menolong kebangkrutan adalah menurunkan sebisa mungkin beban biaya usaha antara lain beban biaya karyawan (gaji THR dst), beban pajak dengan segala variasinya, beban-beban overhead listrik gas dan sejenisnya, beban cicilan utang, bunga, asuransi dan yang terkait dengan itu, iuran BPJS dan pensiun dan yang terkait.

Caranya antara lain pada kebijakan fiskal untuk membebaskan atau setidak-tidaknya menangguhkan untuk jangka waktu yang cukup berbagai beban biaya seperti pajak dengan segala bentuk dan turunannya, beban karyawan dengan segala pengeluaran yang terkait, beban overhead seperti listrik dan sejenisnya, pajak air tanah, PBB dan sejenisnya, beban moneter cicilan utang, bunga, denda dan segala beban sejenisnya.

Namun, ia juga mengingatkan golongan rakyat lapisan bawah haruslah mendapat prioritas untuk mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah agar mereka bertahan hidup dalam situasi yang sulit ini.

“Hanya saja antara bantuan uang tunai dan bantuan dalam bentuk barang (in kind) perlu dicari proporsi yang tepat. Jangan sampai pemberian uang tunai malah mendorong orang berkeliaran di luar rumah termasuk dipakai untuk pulang mudik, yang kontra produktif bagi upaya penghentian penyebaran virus,” katanya.

Kunci keluar dari Krisis Ekonomi

Kunci keluar dari krisis ini adalah mengakhiri proses penularan karena akan menentukan seberapa lama durasi wabah ini. Semakin parah dan semakin lama maka stimulus itu semakin kehilangan daya redam, dan seberapa lama transmisi dari kebijakan itu terealisasi di lapangan.

Bila kondisi demikian masih terjadi maka harapan virus corona segera berakhir ini akan semakin lama. Di sisi lain kemampuan pengusaha terus melemah dari dampak pukulan corona ini. Ini karena saat ini saja dunia usaha sudah mengalami penurunan drastis dari sisi permintaan maupun penawaran ekonomi saat ini terhenti.

Dari sisi permintaan, semua orang harus tinggal di rumah dan isolasi, “social distancing” dari yang lemah hingga yang keras. Artinya tidak ada lagi orang berbelanja, kecuali sekedar untuk makan. Dari sisi penawaran sama terhenti, tidak ada proses produksi karena orang harus tinggal di rumah. Dua sisi penawaran dan permintaan mandek, pasti ekonomi juga akan mandek.

Ia juga mengatakan corona akan terhenti ketika tubuh rakyat sudah imun, kebal terhadap virus korona, atau ada obatnya. Menurutnya dari para ahli kesehatan mengatakan virus tidak ada obatnya. Sehingga solusinya adalah imunitas tubuh.

Ia mendukung agar pemerintah harus belajar dari pengalaman Tiongkok dan Korea Selatan dalam mengambil tindakan menghadapi COVID-19.

Add a Comment